BERITABORNEO.COM – Dalam 100 hari pertama kepemimpinan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, berbagai kebijakan sosial dan ekonomi mulai dirancang untuk memenuhi janji kampanye mereka, salah satunya adalah program makan bergizi gratis untuk keluarga miskin dan kelompok rentan. Program ini bertujuan untuk memastikan masyarakat Indonesia mendapatkan akses pangan yang cukup dan bergizi. Namun, evaluasi terhadap implementasi kebijakan ini menunjukkan beberapa tantangan yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan efektivitasnya.
Implementasi dan Tantangan Awal :
Setelah 100 hari pemerintahan, kebijakan makan bergizi gratis telah mulai dilaksanakan di beberapa daerah, namun ada sejumlah kendala dalam distribusi dan kualitas pangan yang diberikan. Di beberapa daerah, laporan menyebutkan ketidaksesuaian antara jumlah pangan yang dibutuhkan dan yang disalurkan, serta keberagaman bahan pangan yang kurang mencakup kebutuhan spesifik kelompok sasaran seperti anak-anak dan ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan yang lebih matang dalam menyesuaikan jenis dan jumlah pangan yang diberikan masih dibutuhkan.
Evaluasi Model Distribusi Pangan :
Salah satu poin yang dievaluasi adalah model distribusi pangan yang digunakan. Sistem distribusi yang bersifat sentralistik dan tidak memperhitungkan keberagaman kebutuhan gizi di tiap daerah menyebabkan ketidakseimbangan pasokan di beberapa wilayah. Program ini juga menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa pangan yang disalurkan benar-benar memenuhi standar gizi yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pemerintahan Prabowo-Gibran harus memikirkan pendekatan berbasis komunitas yang lebih partisipatif, dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan menu dan pengelolaan distribusi pangan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran program.
Pengelolaan Anggaran dan Akuntabilitas :
Di sisi lain, pengelolaan anggaran untuk program makan bergizi gratis juga menjadi sorotan. Dalam evaluasi 100 hari, ada kebutuhan mendesak untuk memperbaiki sistem pengawasan dan akuntabilitas terhadap penggunaan dana untuk program ini. Jika pengelolaan anggaran tidak dilakukan dengan transparansi yang memadai, maka tujuan untuk menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat terganggu.
Pemerintah disarankan untuk memperkuat mekanisme pengawasan, baik secara internal maupun melibatkan pihak independen untuk memastikan bahwa dana yang dialokasikan benar-benar digunakan untuk kepentingan masyarakat miskin dan rentan.