Opini  

Tradisi Robo-robo, Pelestarian Budaya dan Nilai Keislaman

Tradisi robo-robo
Foto : Kegiatan Robo-robo @indonesia.go id
Banner IDwebhost

OPINI – Robo-robo tidak asing bagi warga Kalimantan Barat. Tradisi tersebut biasanya dilakukan setiap tahun, pada hari Rabu terakhir di bulan Safar terdapat dalam kalender Hijriyah.

 

Dari penelusuran penulis dilansir dari situs Pemerintah Kota Pontianak, dijelaskan bahwa robo-robo adalah upacara tolak bala yang digelar masyarakat Kota Mempawah di Kalbar

 

Lebih lanjut, budaya robo-robo termasuk dalam satu diantara warisan budaya tak benda Indonesia yang ditetapkan pada 27 Oktober 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

Robo-Robo bukan sekedar seremonial saja melainkan salah satu ikhtiar untuk menolak bala atau kesialan dengan doa, menjalin silaturahmi, dan sebagai salah satu cara untuk berkumpul bersama keluarga dan tetangga, sehingga terjadi kekeluargaan terjalin dengan baik. Bahkan, tradisi ini adalah salah satu cara untuk mewariskan tradisi atau adat yang ada di kalangan masyarakat.

 

Kita ketahui asal mula Robo-Robo berkaitan erat dengan tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Mempawah, yakni Opu Daeng Manambon, seorang bangsawan dari Kesultanan Bugis yang datang ke Kalimantan Barat pada abad ke-18. Kedatangan beliau bersama pengikutnya melalui laut, yang kemudian diterima dengan hangat oleh masyarakat setempat, menjadi cikal bakal kerajaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan budaya Melayu.

 

Pelestarian Budaya dalam Robo-robo

Tradisi ini melibatkan berbagai unsur budaya seperti:

 

1. Pawai budaya: Menampilkan pakaian adat Melayu dan Bugis.

2. Ritual adat: Seperti ziarah makam, tabur bunga di laut, dan doa bersama.

3. Kuliner tradisional: Seperti hidangan khas Melayu disajikan untuk warga dan pengunjung.

4. Seni pertunjukan: Tari tradisional, musik gambus, dan pembacaan syair-syair Melayu.

 

Nilai-nilai Keislaman dalam Tradisi Robo-robo

Meski berbasis budaya lokal, Robo-robo juga mengandung nilai-nilai keislaman, antara lain:

1. Doa bersama dan zikir

Dimulai dengan pembacaan doa, zikir, dan tahlil bersama sebagai bentuk permohonan keselamatan kepada Allah SWT.

2. Ziarah kubur

Mengunjungi makam leluhur (seperti Opu Daeng Menambun) untuk mendoakan mereka, sesuai dengan ajaran Islam tentang menghormati dan mendoakan orang yang telah wafat dan masih banyak lagi.

Robo-robo bukan hanya sekadar tradisi tahunan, tapi merupakan wujud nyata pelestarian budaya lokal yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Tradisi ini mencerminkan bagaimana budaya dan agama bisa berjalan berdampingan dan saling memperkaya, sehingga layak untuk terus dilestarikan oleh generasi muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *